Translate

Sunday 30 December 2012


SPONGEBOB AND GRANDMA’S KISS

Sebagai layaknya seorang cucu yang baik. Spongebob mengunjungi neneknya yang selalu menjamunya layaknya seorang bayi. Pukul 3, Spongebob pergi kerja. Nenek mengantarnya, lalu memberinya ciuman yang membekas di dahinya. Sesampai di Krusty Krab, orang-orang menertawainya karena ciuman itu. They mean, hey, he's been an adult, not a baby anymore.

Karena kejadian itu, Spongebob menangis, sesampai di rumah ia menceritrakan ini pada Patrick. Patrick berkata kepadanya bahwa ia harus menunjukkan kepada neneknya bahwa ia sudah dewasa dan tidak ingin diperlakukan layaknya seorang bayi.
Mereka berdua pun pergi ke rumah nenek, karena Patrick bersedia untuk mengantarkan Spongebob bertemu dan berkata yang sejujurnya kepada neneknya. Namun kenyataanya Patrick malah senang diperlakukan layaknya seorang bayi. Saat diberi kue, Patrick langsung mengambilnya. Justru setelah Spongebob mengungkapkan keinginannya untuk tidak diperlakukan layaknya seorang bayi. Nenek benar-benar berubah, Nenek memberikan Spongebob koral, dan Spongebob memakannya dengan perasaan tidak enak meskipun berkata, "Ini cocok untuk orang dewasa." Lalu Patrick diberi hadiah oleh nenek. Dibungkus oleh kado dan ketika dibuka berisi sweater yang terbuat dari rajutan-rajutan yang bertuliskan cinta di setiap jahitannya. Spongebob juga ingin hadiah, namun Nenek memberikannya buku tebal tidak bergambar dan peralatan tulis. Tanpa bungkus. Lagi-lagi, Spongebob berbohong bahwa ia menyukai hadiah tersebut.

Sampai akhirnya... pukul 3. Waktunya kerja bagi Spongebob dan tidur siang untuk Patrick.


Spongebob pergi bekerja, namun tak sampai lima detik ia kembali lagi ke rumah nenek. Merengek seperti anak kecil. Ingin hadiah, ingin kue, ingin boneka, ingin sweater yang dijahit dengan cinta. Lalu nenek meminta Spongebob untuk berhenti menangis dan berkata, "Kamu tidak harus menjadi orang dewasa untuk mendapatkan kasih sayang nenek."

Mereka berpelukan.

Spongebob berkata, "Jangan bilang orang-orang di Krusty Krab, ya."

Namun, tanpa diketahuinya, orang-orang di Krusty Krabnya sedang menertawakannya di balik jendela.

Menjadi seseorang yang dihargai dalam sebuah lingkungan merupakan keinginan manusia-manusia pada umumnya. Merasa ingin dihargai dan diterima dalam lingkungan sehingga kita kadang melupakan sisi-sisi privasi dalam kehidupan kita. Karena ingin diterima dalam sebuah masyarakat maka kita akan mengikuti hegemoni kebudayaan yang sedang berlangsung dan menguasai suatu tempat. Seorang spongebob yang mulai merasa risih dengan perlakuan nenek yang begitu menyayanginya. Dulunya spongebob menikmati itu, menganggap itu adalah bentuk kasih sayang dari seorang nenek yang tidak sama sekali berlebihan. Namun, karena ia terlalu memperhatikan dan mendengarkan apa yang dikatakan oleh rekan-rekan kerjanya yang menganggap apa yang dilakukan oleh nenek spongebob terlalu berlebihan membuat dirinya juga menganggap apa yang dia lakukan itu berlebihan. Ini hanyalah hegemoni kebudayaan, sebuah keegoisan dari seorang spongebob yang mulai terpengaruh oleh lingkungannya, mencari pembenaran agar ia tetap diterima di kalangan dan nyaman dengan orang-orang yang ada di sekitar kita. Menunjukkan esistensi bahwa kita bisa diterima dari semua golongan yang menghegemoni kelompok yang lain.
Seperti yang dikatakan oleh Sokrates mengenai hakikat manusia, manusia itu sebenarnya tidak bisa ditentukan dari tambahan yang berasal dari luar. Tapi, manusia itu akan menilai diri mereka dengan sendiri. Hanya dirinya sajalah yang mengerti sesungguhnya bagaimana perlakuan yang sebaiknya ia dapatkan dari orang lain, karena toh pada akhirnya Spongebob menyadari bahwa dia membutuhkan itu, ia membutuhkan perlakuan nenek yang menganggap dia masih bayi, ia tetap membutuhkan kado untuk memanjakan dirinya. Pada akhirnya kebohongan yang tercipta dari dalam diri dia sendiri terbongkar. Ya .. terkadang manusia terus saja membohongi dirinya sendiri, membohongi hati kecil yang sebenarnya telah membisikkan kata-kata yang melawan kemauan dan hati masing-masing dari kita. Sokrates mengungkapkan bahwa hakikat manusia itu adalah individu yang harus bisa mengenali dirinya sendiri, hanya dirinyalah yang bisa mengenali pribadi masing-masing, hanya dirinya sajalah yang akan mengerti dirinya sendiri.
Manusia adalah makhluk yang terus berpikir, berpikir dan terus mempertanyakan apa yang ada dan apa yang terjadi dengan dirinya, manusia selalu mempertanyakan permasalahan-permasalahan yang ada dan terjadi pada dirinya, inilah yang membedakan dirinya dengan orang gila yang sudah tidak lagi bisa berpikir, tidak bisa lagi mendeteksi apa yang akan terjadi dan tidak bisa memutuskan mana yang baik untuk dirinya ia hanya memiliki insting yang tidak bisa dibarengi lagi dengan nuruani. Namun, manusia di jaman ini banyak yang sudah tak lagi mempertanyakan pada diri dan hati, tak lagi memahami hakikat diri yang seharusnya berpikir, Manusia lebih berpikir pragmatis dan bahkan hanya memikirkan material.
Setiap manusia harus mengetahui tentang hakikatnya supaya lebih menghargai hidupnya dan menghargai Alam semesta ini. Ambil saja contoh para pejabat yang sedang bertengger di kursi kekuasaanya, banyak yang sudah tak lagi berpikir panjang tentang apa yang akan mereka lakukan, tidak lagi bisa mengenali diri mereka sendiri. Para pejabat itu terus saja ikuti hegemoni kebudayaan yang ada kebudayaan untuk korupsi, kebudayaan yang tidak memiliki unsur kebudayaan yang membela rakyat sama sekali. Hanya bisa berdo’a saja agar suatu saat nanti para koruptor itu bisa sadar seperti spongebob yang kemudian tersadar bahwa ia akan menjalani hidupnya dengan caranya dengan cara nenek yang mencintainya. Koruptor itu semoga bisa tersadar bahwa ia sebenarnya sudah tak lagi paham dengan dirinya sendiri, ia sudah melupakan hati nuraninya melupakan bahwa sebaiknya sebagai manusia yang sesungguhnya menurut Sokrates haruslah mengenal diri sendiri untuk bisa terus mengembangkan diri. Bukan terus saja mengikuti hegemoni kebudayaan buruk yang mendarah daging.
Tidak selamanya mengikuti apa yang sedang orang lain ikuti adalah hal yang cocok untuk kita. Bisa saja itu justru mengurangi esensi hakikat kemanusiaan kita sendiri di hadapan manusia apalagi di hadapan yang telah menciptakan manusia. Karena kita adalah manusia, yang bisa belajar dari siapapun termasuk spongebob.

No comments:

Post a Comment