Translate

Saturday 15 December 2012


siang yang cukup panas, aku memilih untuk terus beraktifitas hari itu, jakarta emang panas kalo lagi panas. tapi kalo lagi ujan banjir, luar biasa. memilih metro 47 untuk menghantarkanku ke tempat mengajarku di Seroja. "duduk saja di bangku belakang" gumamku dalam hati. uang 2ribuan telah ku siapkan untuk menunaikan kewajiban membayar pada kernek bus yang akan mengeluarkan bunyi "krincing-krincing" di depanku, itu tandanya ia minta aku bayar. aku sosorkan uang 2rbuan itu. aku teruskan saja membuka buku serambi sesekali menolehkan pandangan mengelilingi seisi bus. mataku tertahan oleh peristiwa yang sedikit menggaung. seorang bapak-bapak yang sudah bisa dibilang sepuh berdiri dari tempat duduknya. "bapak hati-hati, pak sopirnya ngebut ni" gumamku. setelah beberapa menit baru aku bisa mengerti kalo ternyata masalahnya adalah bapak itu salah memberikan uang ongkosnya. beliau pikir orang yang tadi menagih uang adalah kernek metro ternyata orang itu adalah pengamen yang tadi tidak menyanyi tidak juga membaca puisi. dua orang pengamen itu hanya berretorika dan say "bla bla bla." bapak yang sudah lumayan sepuh itu mengejar si pengamen hingga ke muka pintu. "mana duit gue?" teriak si bapak dengan muka garang. "duit apaan." balas si pengamen dengan muka yang tak kalah garang. dengan keberanian yang sangat bapak yang sudah lumayan tua itu sedikit menarik baju si pengamen dengan terus meneriakkan "mana duit gue?" si kernek datang dengan krincing2nya. sudah di saya pak duitnya, ini kembaliannya. ternyata si bapak ngasih duit 5ribuan, jadi masih ada kembalian 3 ribu. si pengamen dengan gontai berjalan ke belakang aku mendengar ia bergumam "kalo ga bapak-bapak ude gue gampar tu orang!"
dalam hati aku bergumam "overgeneralitation lagi" duh Rob ternyata "gamparan pun memilih."


rawamangun, senin,3 Desember 2012

kehidupan yang semakin sulit untuk ditebak

No comments:

Post a Comment