SPONGEBOB AND GRANDMA’S KISS
Sebagai layaknya seorang cucu yang baik.
Spongebob mengunjungi neneknya yang selalu menjamunya layaknya seorang bayi.
Pukul 3, Spongebob pergi kerja. Nenek mengantarnya, lalu memberinya ciuman yang
membekas di dahinya. Sesampai di Krusty Krab, orang-orang menertawainya karena
ciuman itu. They mean, hey, he's been an adult, not a baby anymore.
Karena kejadian itu, Spongebob menangis,
sesampai di rumah ia menceritrakan ini pada Patrick. Patrick berkata kepadanya
bahwa ia harus menunjukkan kepada neneknya bahwa ia sudah dewasa dan tidak
ingin diperlakukan layaknya seorang bayi.
Sampai akhirnya... pukul 3. Waktunya
kerja bagi Spongebob dan tidur siang untuk Patrick.
Spongebob pergi bekerja, namun tak
sampai lima detik ia kembali lagi ke rumah nenek. Merengek seperti anak kecil.
Ingin hadiah, ingin kue, ingin boneka, ingin sweater yang dijahit dengan cinta.
Lalu nenek meminta Spongebob untuk berhenti menangis dan berkata, "Kamu
tidak harus menjadi orang dewasa untuk mendapatkan kasih sayang nenek."
Mereka berpelukan.
Spongebob berkata, "Jangan bilang
orang-orang di Krusty Krab, ya."
Namun, tanpa diketahuinya, orang-orang
di Krusty Krabnya sedang menertawakannya di balik jendela.
Menjadi
seseorang yang dihargai dalam sebuah lingkungan merupakan keinginan
manusia-manusia pada umumnya. Merasa ingin dihargai dan diterima dalam
lingkungan sehingga kita kadang melupakan sisi-sisi privasi dalam kehidupan
kita. Karena ingin diterima dalam sebuah masyarakat maka kita akan mengikuti
hegemoni kebudayaan yang sedang berlangsung dan menguasai suatu tempat. Seorang
spongebob yang mulai merasa risih dengan perlakuan nenek yang begitu menyayanginya.
Dulunya spongebob menikmati itu, menganggap itu adalah bentuk kasih sayang dari
seorang nenek yang tidak sama sekali berlebihan. Namun, karena ia terlalu
memperhatikan dan mendengarkan apa yang dikatakan oleh rekan-rekan kerjanya
yang menganggap apa yang dilakukan oleh nenek spongebob terlalu berlebihan
membuat dirinya juga menganggap apa yang dia lakukan itu berlebihan. Ini
hanyalah hegemoni kebudayaan, sebuah keegoisan dari seorang spongebob yang
mulai terpengaruh oleh lingkungannya, mencari pembenaran agar ia tetap diterima
di kalangan dan nyaman dengan orang-orang yang ada di sekitar kita. Menunjukkan
esistensi bahwa kita bisa diterima dari semua golongan yang menghegemoni
kelompok yang lain.
Seperti
yang dikatakan oleh Sokrates mengenai hakikat manusia, manusia itu sebenarnya
tidak bisa ditentukan dari tambahan yang berasal dari luar. Tapi, manusia itu
akan menilai diri mereka dengan sendiri. Hanya dirinya sajalah yang mengerti
sesungguhnya bagaimana perlakuan yang sebaiknya ia dapatkan dari orang lain,
karena toh pada akhirnya Spongebob menyadari bahwa dia membutuhkan itu, ia
membutuhkan perlakuan nenek yang menganggap dia masih bayi, ia tetap membutuhkan
kado untuk memanjakan dirinya. Pada akhirnya kebohongan yang tercipta dari
dalam diri dia sendiri terbongkar. Ya .. terkadang manusia terus saja
membohongi dirinya sendiri, membohongi hati kecil yang sebenarnya telah
membisikkan kata-kata yang melawan kemauan dan hati masing-masing dari kita.
Sokrates mengungkapkan bahwa hakikat manusia itu adalah individu yang harus
bisa mengenali dirinya sendiri, hanya dirinyalah yang bisa mengenali pribadi
masing-masing, hanya dirinya sajalah yang akan mengerti dirinya sendiri.
Manusia
adalah makhluk yang terus berpikir, berpikir dan terus mempertanyakan apa yang
ada dan apa yang terjadi dengan dirinya, manusia selalu mempertanyakan
permasalahan-permasalahan yang ada dan terjadi pada dirinya, inilah yang
membedakan dirinya dengan orang gila yang sudah tidak lagi bisa berpikir, tidak
bisa lagi mendeteksi apa yang akan terjadi dan tidak bisa memutuskan mana yang
baik untuk dirinya ia hanya memiliki insting yang tidak bisa dibarengi lagi
dengan nuruani. Namun, manusia di jaman ini banyak yang sudah tak lagi
mempertanyakan pada diri dan hati, tak lagi memahami hakikat diri yang
seharusnya berpikir, Manusia
lebih berpikir pragmatis dan bahkan hanya memikirkan material.
Setiap manusia harus mengetahui tentang hakikatnya supaya lebih menghargai hidupnya dan menghargai Alam semesta ini. Ambil saja contoh para pejabat yang sedang bertengger di kursi kekuasaanya, banyak yang sudah tak lagi berpikir panjang tentang apa yang akan mereka lakukan, tidak lagi bisa mengenali diri mereka sendiri. Para pejabat itu terus saja ikuti hegemoni kebudayaan yang ada kebudayaan untuk korupsi, kebudayaan yang tidak memiliki unsur kebudayaan yang membela rakyat sama sekali. Hanya bisa berdo’a saja agar suatu saat nanti para koruptor itu bisa sadar seperti spongebob yang kemudian tersadar bahwa ia akan menjalani hidupnya dengan caranya dengan cara nenek yang mencintainya. Koruptor itu semoga bisa tersadar bahwa ia sebenarnya sudah tak lagi paham dengan dirinya sendiri, ia sudah melupakan hati nuraninya melupakan bahwa sebaiknya sebagai manusia yang sesungguhnya menurut Sokrates haruslah mengenal diri sendiri untuk bisa terus mengembangkan diri. Bukan terus saja mengikuti hegemoni kebudayaan buruk yang mendarah daging.
Setiap manusia harus mengetahui tentang hakikatnya supaya lebih menghargai hidupnya dan menghargai Alam semesta ini. Ambil saja contoh para pejabat yang sedang bertengger di kursi kekuasaanya, banyak yang sudah tak lagi berpikir panjang tentang apa yang akan mereka lakukan, tidak lagi bisa mengenali diri mereka sendiri. Para pejabat itu terus saja ikuti hegemoni kebudayaan yang ada kebudayaan untuk korupsi, kebudayaan yang tidak memiliki unsur kebudayaan yang membela rakyat sama sekali. Hanya bisa berdo’a saja agar suatu saat nanti para koruptor itu bisa sadar seperti spongebob yang kemudian tersadar bahwa ia akan menjalani hidupnya dengan caranya dengan cara nenek yang mencintainya. Koruptor itu semoga bisa tersadar bahwa ia sebenarnya sudah tak lagi paham dengan dirinya sendiri, ia sudah melupakan hati nuraninya melupakan bahwa sebaiknya sebagai manusia yang sesungguhnya menurut Sokrates haruslah mengenal diri sendiri untuk bisa terus mengembangkan diri. Bukan terus saja mengikuti hegemoni kebudayaan buruk yang mendarah daging.
Tidak selamanya mengikuti
apa yang sedang orang lain ikuti adalah hal yang cocok untuk kita. Bisa saja
itu justru mengurangi esensi hakikat kemanusiaan kita sendiri di hadapan
manusia apalagi di hadapan yang telah menciptakan manusia. Karena kita adalah
manusia, yang bisa belajar dari siapapun termasuk spongebob.
No comments:
Post a Comment